PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beton ialah salah satu bahan yang
paling umum dan sering digunakan dalam pembangunan sarana dan prasarana untuk
kepentingan umum ataupun masyarakat luas, seperti gedung perkantoran, gedung
sekolah, rumah ibadah, jembatan, bendungan, gedung-gedung bertingkat dan
sebagainya. Bahan beton ini selain memiliki banyak kelebihan bila dibandingkan
dengan jenis bahan lain juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya ialah
memiliki berat sendiri yang lebih besar, bentuk yang telah dibuat sulit diubah,
pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi dan daya pantul suara
yang lebih besar.
Dengan adanya berat sendiri yang
besar, dan bentuknya sulit diubah tentunya merupakan suatu hal yang kurang
menguntungkan dari segi perencanaan konstruksi beton terutama bagi
daerah-daerah yang memiliki daya dukung tanah yang kurang baik seperti didaerah
Kalimantan Tengah yang sebagian besar tanahnya yang kurang baik yaitu bergambut
dan berawa-rawa. Untuk daerah seperti ini perlu adanya penanganan dan
perencanaan suatu pekerjaan beton yang khusus dimana suatu konstruksi akan
dibangun, dan hal ini merupakan yang kurang menguntungkan karena makin
meningkatnya biaya untuk perencanaan konstruksi tersebut. Untuk daerah dan
kondisi tanah seperti ini diperlukan adanya kontruksi yang kuat dan kualitas
beton yang baik, salah satu alternatif bahan yang dapat dipakai adalah dengan
menggunakan batu pecah olahan mekanis yang dipakai sebagai agregat kasar yang
dikombinasikan dengan agregat halus pasir setempat yang diambil dari sungai
Sulung Kabupaten Lamandau yaitu sebagai material penyusun perencanaan campuran
beton K – 350 (kemampuan suatu beton dapat menahan beban sebesar 35 kg dengan
satuan kg/cm2)
Agar hasil akhir yang diperoleh
memuaskan, dibutuhkan suatu penelitian atau percobaan yang mendalam mengenai
sifat-sifat bahan material penyusun beton yang sangat mempengaruhi kuat tekan
beton.
Berdasarkan hal tersebut di atas
maka dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan metode ACI. Mengenai
pengunaan bahan-bahan material yang terdapat pada daerah aliran sungai sulung
dan material batu pecah hasil olahan mekanis dari mesin stone crusher
yang sumbernya pada Km. 33 Bukit Sintang Kabupaten Lamandau, Propinsi
Kalimantan Tengah diharapkan dapat digunakan sebagai bahan material yang
berkualitas untuk design mix/campuran beton K-350 yang lebih ekonomis. Dalam
hal ini (Perencanaan Campuran Beton K-350 Menggunak Batu Pecah Mekanis Sebagai
Agregat Kasar Dengan Metode ACI).
Kinerja yang menjadi perhatian
penting untuk perencanaan pencampuran yang menggunakan beton ialah ada 2 cara
yaitu kekuatan tekan dan kemudahan pengerjaan, untuk menghasilkan beton dengan
kekuatan tinggi, penggunaan air atau faktor air terhadap semen haruslah kecil
tetapi dalam pelaksanaan dilapangan sangat sulit. Penelitian ini mencoba
melakukan analisis terhadap penggunaan batu pecah hasil pengolahan mekanis
pemecah batu (stone crusher), sebagai agregat kasar (coarse agregat),
yang di kombinasikan dengan pasir yang diambil dari sungai sulung (fine
agregat) yang akan direncanakan sebagai campuran beton K-350, ekonomis
serta dapat memenuhi persyaratan spesifikasi yang diharapkan.
- RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang
permasalahaan diatas diperoleh beberapa rumusan sebagai berikut :
- Mengetahui kinerja campuran beton yang dihasilkan berdasarkan
pengujian
kubus dan silinder terhadap
komposisi yang digunakan
- Mengetahui hasil kuat tekan beton terhadap penggunaan metode ACI (American
Concrette Institute)
- Mengetahui apakah batu pecah hasil pengolahan mekanis pemecah batu
(stone crusher) memenuhi
persyaratan spesifikasi campuran beton K-350
- BATASAN
MASALAH
Untuk memberikan arahan yang lebih
jelas serta untuk memudahkan dalam penyelesaian permasalahan yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai
berikut:
- Penelitian dilaksanakan di
laboratorium proyek PT. CONBLOC INFRATECNO yang ada dilokasi proyek ADB
paket BV-02-1 Kota Waringin Barat
- Spesifikasi yang menjadi acuan
dalam penelitian ini adalah menggunakan metode ACI (American Concrette Institute)
- Semen yang digunakan ialah semen Portland Type I merek Gresik.
- Penelitian ini bersifat Uji laboratorium
- Material batu pecah (coarse
agregat) hasil pengolahan mekanis pemecah batu (stone crusher)
Km. 33 Bukit Sintang Kabupaten Lamandau dan pasir kasar (fine aggregate)
diambil dari sungai sulung
- Kuat tekan yang diukur ialah beton dengan umur 7, 14, 21 dan 28 hari.
- TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan yang diharapkan dari
penelitian ini ialah :
- Mengetahui kuat tekan beton terhadap penggunaan metode ACI (American
Concrette Institute)
- Mengetahui proporsi campuran
yang optimal dan ekonomis.
- Mengadakan pemeriksaan Sifat
fisik agregat kasar mekanis dan agregat halus pasir sungai sulung dalam
perencanaan beton
- MANFAAT
PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian
ini ialah:
- Memberikan informasi atau masukan kepada perencana ataupun instansi
yang berhubungan langsung dengan perencanaan beton mengenai perencanaan
campuran beton K-350 dengan menggunakan metode ACI (American Concrette
Institute)
- Manfaat teoritis, yaitu untuk memperluas wawasan pemikiran dan
pengetahuan mahasiswa dalam masalah perencanaan beton.
- Manfaat praktis, yaitu mendapatkan gambaran tentang penggunaan batu
pecah hasil pengolahan mekanis pemecah batu (stone crusher) yang
dikombinasikan dengan agregat halus yaitu pasir dari Sungai Sulung
sebagai perncanaan campuran beton K-350.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Beton
Beton ialah merupakan suatu benda
padat yang didapatkan dari pencampuran bahan-bahan agregat kasar dan agregat
halus, yaitu pasir, batu pecah/kerikil atau bahan-bahan semacam lainnya,
kemudian dicampur dengan bahan pengikat semen dan air sebagai bahan pembantu
guna proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Nilai kekuatan serta
daya tahan (durability) beton tergantung dari banyak faktor, diantaranya
ialah nilai banding campuran, mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran,
pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi perawatannya.
Nilai kuat tekan beton relatif
tinggi dibandingkan dengan nilai kuat tariknya dan beton merupakan bahan yang
bersifat getas. Nilai kuat tariknya sekitar 9%-15% saja dari kuat tekannya pada
penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan
bahan tulang baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama dan mampu membantu
kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik (Djokohusodo,
1.,1999).
Persyaratan umum untuk campuran
beton yang digunakan dalam melaksanakan konstruksi beton adalah sebagai
berikut:
- Persyaratan kekuatan
- Persyaratan keawetan
- Persyaratan kemudahan
pengerjaan
- Persyaratan ekonomis
Beton dapat dibedakan berdasarkan
berat jenisnya. Ada tiga berat jenis beton yaitu: beton ringan, beton normal
dan beton berat.
- Beton
ringan,beton yang mempunyai berat jenis sampai 1,850 kg/m3
- Beton
normal, beton yang mempunyai berat jenis antara 1,850-2,500 kg/m3
- Beton
berat, beton yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 2,500 kg/m3
(Departemen Pekerjaan Umum, 1990)
Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah:
- Kwalitas semen
- Proporsi semen terhadap
campuran
- Kekuatan dan kebersihan agregat
- Interaksi atau adhesi antara
pasta semen dengan agregat
- Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan
pembentuk beton
- Penempatan yang benar,
penyelesaian pemadatan beton
- Perawatan beton dan kandungan
klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang diekspos dan 1% bagi beton
yang tidak diekspos (nawy,1985:24).
- Semen
Semen ialah suatu jenis bahan yang
berfungsi sebagai bahan perekat atau pengikat agregat kasar, agregat halus dan
air menjadi satu kesatuan. Semen yang biasa digunakan adalah semen portland (ordinary
portland cemen), yaitu semen hidrolis yang mengeras apabila dicampur dengan
air. Semen portland merupakan bubuk halus yang dibuat dari bahan baku berupa
campuran (CaO), silika (SiO2), alumina (AL2O3) yang digiling bersama bahan
tambahan yang lainnya (nawy, E, 1998).
Klasifikasi semen menurut ASTM dibagi menjadi 5 (lima) tipe yaitu:
- Semen tipe I
Semen portland standar digunakan untuk semua bangunan beton yang tidak akan
mengalami perubahan cuaca yang dasyat, untuk penggunaan umum, serta tidak
memerlukan persyaratan khusus.
- Semen tipe II
Untuk bangunan yang menggunakan pembetonan secara massal seperti dam, panas
hidrasi tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu lama. Pada saat terjadi
pendinginan timbul tegangan-tegangan akibat perubahan panas yang akan
menyebabkan retak-retak pada bangunan. Untuk mencengah hal-hal yang tidak
diinginkan tersebut, dibuatlah jenis semen yang mengeluarkan panas hidrasi
lebih rendah serta dengan kecepatan penyebaran panas yang rendah pula, semen
tipe II ini merupakan semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas
hidrasi sedang dan disebut juga “modified portland cemen”. Semen ini
menimbulkan 15%-20% lebih sedikit panas dibandingkan dengan semen tipe I.
- Semen tipe III
Semen portland tipe III adalah jenis semen yang cepat mengeras dan cocok
untuk pengecoran beton pada suhu rendah, butiran –butiran semennya digiling
lebih halus dari butiran-butiran tipe I untuk mempercepat proses hidrasi yang
diikuti dengan percepatan pengersan serta percepatan pengembangan kekuatan.
Semen ini disebut juga “semen dengan kekuatan awal tinggi” digunakan bilamana
kekuatan harus dicapai dalam waktu yang singkat. Semen tipe III ini menimbulkan
panas sampai 50% lebih banyak pada umur rendah dibandingkan dengan semen tipe
I.
- Semen tipe IV
Semen portland tipe IV ini menimbulkan panas hidrasi rendah, hal ini
menunjukkan bahwa semen tipe demikian panas 40-50% selama sedang terjadi proses
hidrasi pada umumnya 1-7 hari dibandingkan dengan panas yang ditimbulkan oleh
tipe I. Semen tipe IV ini digunakan untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah
panas yang timbul harus minimum misalnya pada bangunan masih seperti bendungan
gravitasi yang besar.
- Semen tipe V
Semen portland tipe V ini tahan terhadap serangan sulfat digunakan di
daerah-daerah pasang surut pada bangunan-bangunan beton di laut juga
menimbulkan panas 25-40% lebih kecil dari pada semen tipe I.
Pengerasan pasta semen berlangsung terus menerus, mula-mula secara cepat
kemudian lebih lambat untuk jangka waktu yang lama. Pengikat harus terus
menerus berlangsung dengan lambat, sebab jika tidak demikian adukan semen akan
sukar dikerjakan. Oleh karena itu spesifikasi-spesifikasi untuk semen
masyarakat bahwa awal pengikatan dari pasta semen tidak boleh terjadi kurang
dari 1 jam setelah kita membubuhkan air pada semen. Pada umumnya waktu
pengikatan adukan beton sekarang ini berlangsung lebih lama kira-kira 3-5 jam.
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi waktu pengikat awal dari semen yaitu :
- Umur
semen
Selama semen itu disimpan untuk jangka waktu yang lama semen itu akan
menghisap air dan zat asam arang dari udara, sehingga terjadi prahidrasi sebagai
akibatnya daya pengikatnya akan menjadi lambat, sedangkan kekuatan tekannya
akan berkurang.
- Suhu
Kecepatan suatu reaksi kimia tergantung pada suhu dari massa yang bereaksi
serta suhu lingkungannya. Reaksi antara semen dan air berlangsung lebih cepat
pada suhu yang tinggi (misalnya perawatan dengan uap), akan tetapi untuk proses
pengikatan suhu yang paling rapat kira-kira 23oC.
- Jumlah
air yang dibutuhkan
Agar reaksi kimia antara semen dan air berlangsung dengan memuaskan
dibutuhkan air kira-kira 20% air dari berat semen. Dalam adukan beton yang
memerlukan lebih banyak air, panas hidrasi akan timbul disebarkan dengan meluas
pada bahan-bahan agregat yang lainnya, sehingga suhu pada saat terjadinya
pengikatan akan jauh lebih besar dari pada suhu pada waktu terjadi pengikatan
hanya antara air dan semen sehingga waktu pengikatan pada adukan beton akan
berlangsung lebih lama.
- Agregat
Agregat merupakan bahan penyusun beton yang paling berperan dalam
menentukan nilai kuat tekan beton. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60-70%
volume agregat, agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh
massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen dan rapat, dimana
agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengunci celah yang ada diantara
agregat yang berukuran besar.
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir
dan lain-lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang
dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan
air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu pada musim
dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusustan.
Mengingat bahwa agregat menempati sekitar 70-75 persen dari total volume
beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan
angregat yang baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama
(durable) dan ekonomis. Pengaruhnya dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah
ini :
Tabel 2.1 Pengaruh sifat agregat pada sifat beton
Sifat agregat
|
Sifat
beton
|
|
Bentuk,
tekstur gradasi
|
Beton cair
|
Kelecakan, Pengikatan dan pengerasan
|
Sifat fisik,
sifat kimia, mineral
|
Beton keras
|
Kekuatan,
kekerasan, ketahanan (durability)
|
Sumber : Paul Nugraha, Antoni. Teknologi Beton halaman 43
2.3.1 Pengolahan Agregat
1) Agregat Kasar (batu pecah)
Pengolahan batu pecah tidak semudah
pasir dan kerikil, karena melalui proses pengambilan berupa pengeboran,
peledakan (blasting), dan penggalian (exavating). Tujuan utama
pengolahan batu pecah yang di jadikan bermacam-macam banyak hal seperti sebagai
bahan material untuk pembangunan gedung-gedung perkantoran, pembangunan
jembatan dan lain-lain. Proses pengolahan seperti ini sangat mengasilkan bahan
ataupun agregat dengan mutu tinggi dan dengan biaya yang rendah.
Pengolahan agregat alam (batu pecah) meliputi penggalian (exavating),
pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), hingga
penentuan ukuran.
Ada 6 (enam jenis) penghancur mekanis (crusher) untuk memproduksi
batu pecah, antara lain :
a) Jaw crusher, yaitu terdiri
dari satu atau lebih rang (jaw) yang memukul sebuah rahang tetap. Jarak
dan panjang gerakan menentukan ukuran butiran batu yang dihasilkan. Sendi (toggle)
tunggal untuk batuan yang lebih lunak sedangkan sendi ganda untuk yang lebih
keras.
- Gyratory crusher, yaitu
terdiri dari kepala crusher digoyang oleh eksentrisitas pada shaft miring
yang berputar.
- Disk crusher, yaitu
terdiri dari satu stasioner dan satu berputar berbentuk piring membuka dan
menutup.
- Hammer atau Impact crusher.
- Roll crusher, yaitu
memasukkan material diantara roll yang permukaannya bergerigi.
- Rod mill, yaitu menggantikan roll
crusher untuk mengurangi butir halus, lebih ekonomis dan produk lebih
seragam.
Ada bermacam-macam jenis
batu-batuan bilamama dipecah yang dapat dimanfaatkan untuk digunakan sebagai
agregat beton, misalnya
- Batu Kapur ialah batuan hasil sedimentasi yang komposisi utamanya
ialah kalsium karbonat. semakin keras dan padat jenis kapir ini, terutama
jenis ferro karbonat yang dijumpai didaerah Derbyshire dan Mendips,
makin cocok sekali untuk pembuatan beton.
- Batu Api yaitu meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan phorphyres.
Granit merupakan batu yang keras, ulet dan padat yang sangat baik
untuk beton. Basal merupakan batu api yang menyerupai batu granit, tetapi
struktur butirnya lebih halus karena pendinginan yang cepat pada proses
pembentukannya. Dolerit yaitu mempunyai struktur butir kristal yang
halus yang mengandung felspar banyak dan bahan lain seperti augite,
olivine dan granit
- Sandstone yaitu keras dan padat,
hampir semua sandstone cocok untuk agregat. Yang terbaik ialah yang
mempunyai komposisi butriran quartz yang terikat oleh oksida besi yang
terhidrasi atau amorphous silica.
- Batu Tulis, biasanya agregat ini tidak baik, lunak, lemah, berlapis,
dan da
5.
BAB III
6.
METODE PENELITIAN
7.
3.1
Umum
8.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode uji laboratorium. Bahan-bahan
material yang akan digunakan dalam Perencanaan Campuran Beton K-350 ialah
material batu pecah mekanis yaitu hasil olahan stone crusher yang akan
dijadikan sebagai agregat kasar untuk campuran beton dan dikombinasikan dengan
bahan agregat halus pasir sungai Sulung Kabupaten Lamandau dan akan
diperiksa terlebih dahulu di laboratorium untuk memperoleh sifat-sifat dan
karakteristik dari material tersebut. Data yang dihasilkan di laboratorium akan
digunakan untuk perencanaan campuran, selanjutnya dibuat benda uji kubus dan
silinder untuk dilakukan uji kuat tekan sehingga diketahui karakteristik sifat
material dalam campuran.
9.
3.2 Tempat Penelitian
10.
Penelitian dan pengujian terhadap bahan-bahan material akan dilakukan di
Laboratorium PT.CONBLOC INFRATECNO pada Proyek ADB BV.02-1. Paket Simpang Runtu
- Runtu - Kujan Kabupaten Lamandau Propinsi Kalimantan Tengah.
11. 3.3
Tahapan Penelitian
12.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :
13. 1.
Persiapan bahan dan alat.
14. a)Semen
Portland type I (ordinary portland cement type I) merek gresik.
15. b)
Agregat
halus, yaitu pasir kasar dari sungai sulung
16. c)
Agregat kasar,
yaitu batu pecah hasil olahan mekanis
pemecah
(stone crusher)
17. d)
Air yang
digunakan , ialah sumber mata air dari perbukitan km 33 bukit sintang yang
dialirkan melalui pipa, langsung ke Laboratorium dan juga di konsumsi sebagai air
minimum
18. e)
Peralatan
yang digunakan, meliputi : Timbangan (besar dan kecil), Saringan (sieve),
Sekop kecil, Pan atau talam, Gelas ukur, Botol le chatelier kap. 250 ml, Ember,
Oven listrik dengan pengatur suhu (110 ±5)0C, Keranjang kawat, Mesin
pengaduk beton (molen), Cetakan benda uji kubus/silinder (masing-masing
19. BAB IV
20. EVALUASI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
21. 4.1
Hasil pemeriksaan agregat kasar
(batu pecah mekanis) dari KM 33 Bukit Sintang dan pasir Sungai
Sulung Kabupaten Lamandau.
22.
Tabel 4.1 Data hasil pemeriksaaan terhadap bahan batu pecah
mekanis dan agregat halus.
Uraian
|
Hasil Uji
|
Spesifikasi
|
Keterangan
|
Pasir
|
|||
Daerah gradasi
|
II
|
SK SNI T15-1990-03
|
|
Berat volume (isi)
|
750-1,200 kg/m3
|
||
a) Kondisi lepas
|
1,307
|
-
|
|
b) Kondisi goyangan
|
1,420
|
-
|
|
c) Kondisi padat
|
1,445
|
-
|
|
Berat jenis (ssd)
|
2,559
|
2,500-2,700 kg/m3
|
SK SNI T15-1990-03
|
Penyerapan air
|
1,072
|
-
|
|
Kadar air
|
4,59
|
-
|
|
Modulus kehalusan
|
2,910
|
1,5 - 3,8 %
|
Abrams, 1918
|
Analisa saringan
|
|||
3/8" - 9,50
mm
|
100
|
100
|
|
No. 4 - 4,75 mm
|
97,5
|
95-100
|
|
8 -
2,36 mm
|
84,5
|
80-100
|
|
16 -
1,19 mm
|
69,6
|
50-85
|
|
30 -
0,60 mm
|
41,3
|
25-60
|
|
50 -
0,30 mm
|
12,2
|
10-30
|
|
150 - 0,150 mm
|
4,0
|
2-10
|
|
Semen
|
-
|
-
|
|
Berat jenis
|
-
|
3,15 kg/m3
|
|
Berat volume (isi)
|
1,250
|
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Lanjutan tabel 4.1
Batu pecah
|
|||
Ukuran maksimal
|
38,1
|
SK SNI T15-1990-03
|
|
Berat volume (isi)
|
1,20 - 1,75 kg/m3
|
ASTM C 330
|
|
a) Kondisi lepas
|
1,576
|
-
|
|
b) Kondisi goyangan
|
1,707
|
-
|
|
c) Kondisi padat
|
1,735
|
-
|
|
Berat jenis (ssd)
|
2,601
|
-
|
|
Penyerapan air
|
0,621
|
-
|
|
Kadar air
|
0,46
|
-
|
|
Kadar lumpur
|
2,90
|
-
|
|
Analisa saringan
|
|||
1 1/2 - 37,5 mm
|
100
|
100
|
ASTM C 33
|
1" -
25,0 mm
|
97,3
|
95-100
|
|
3/4 - 19,1 mm
|
-
|
||
1/2 - 12,5 mm
|
40,2
|
25-60
|
|
3/8 - 9,50 mm
|
-
|
||
No 4 - 4,75 mm
|
4,5
|
0-10
|
|
8 -
2,36 mm
|
3,4
|
0-5
|
|
16 - 1,19
mm
|
-
|
-
|
|
30 - 0,60
mm
|
-
|
-
|
|
50 - 0,30
mm
|
-
|
--
|
|
100 - 0,150 mm
|
-
|
-
|
32.
Sumber : Penulis 2010
33.
Dari data hasil pemeriksaan agregat kasar batu pecah mekanis seperti pada
tabel 4.1 dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :
34. a)
Berat volume
agregat kasar batu pecah mekanis sebesar : 1,735 kg/m3 hasil
ini dapat memenuhi spesifikasi sebagai agregat kasar untuk beton
struktural yaitu, kurang dari 1,200 – 1,750 kg/m3 (ASTM C-330).
35. b)
Berat Jenis
agregat kasar sebesar : 2,601 kg/m3 dan berat jenis agregat halus
sebesar : 2,559 kg/m3 masih memenuhi spesifikasi sebagai agregat
kasar dan halus untuk beton struktural yaitu, 2,700 kg/m3 untuk
agregat kasar dan 2,500-2,700 kg/m3 untuk agregat halus (SK SNI
T15-1990-03).
36. c)
Hasil
pemeriksaan keausan agregat kasar batu pecah mekanis sebesar : 20,23 %. Nilai
keausan ini masih memenuhi spesifikasi syarat yang ditentukan harus lebih kecil
dari 40 % (ASTM C-33).
37. d)
Hasil
modulus halus butir (MHB) untuk agregat halus sebesar : 2,910 % dapat memenuhi
spesifikasi yaitu, 1,500-3,800 kg/m3 dan dapat digunakan sebagai
campuran beton dilapangan (SII. 0052).
38. e)
Berat volume
(isi) beton dengan menggunakan batu pecah mekanis untuk cetakan benda uji
beton, adalah :
39. 1.
Kubus
ukuran
: 0,15 x 0,15 x 0,15 cm = 2,442 kg/m3
40. 2.
Silinder
ukuran
: Φ 0,15 x 0,30 cm =
2,442 kg/m3
41. Maka, berat
isi beton rata-rata yang dihasilkan sebesar : 2,442 kg/m3 dapat
memenuhi spesifikasi sebesar : 2,200-2,500 kg/m3 (SK SNI
T15-1990-03).
42. Dari
data-data pemeriksaan bahan agregat kasar batu pecah mekanis diperoleh suatu
kesimpulan agregat kasar batu pecah mekanis tersebut dapat memenuhi standard
spesifikasi sebagai agregat kasar dan bisa digunakan untuk campuran beton
K-350.
43.
44.
45.
46.
47. 4.2 PERENCANAAN
CAMPURAN BETON K-350
48.
Campuran
beton merupakan perpaduan dari komposit material penyusunnya dimana
karakteristik dan sifat bahan akan mempengaruhi hasil rancangannya, perancangan
campuran beton yang dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi
bahan-bahan penyusun beton. Perencanaan campuran beton merupakan suatu hal yang
komplek jika dilihat dari perbedaan sifat dan karakteristik bahan
penyusunnya. Pada dasarnya perancangan campuran dimaksudkan untuk menghasilkan
suatu proporsi campuran bahan yang optimal dengan kekuatan yang maksimum, yang
dimaksud dengan pengertian optimal adalah penggunaan bahan yang minimum
dengan tetap mempertimbangkan kriteria dan standar ekonomis.
49.
Diketahui data fisik bahan material penyusun beton sebagai berikut :
50.
Tabel 4.2 Data fisik material
Data fisik
material
|
Batu pecah
mekanis
|
Pasir
|
Semen
|
Daerah
gradasi
Ukuran
maksimum agregat
Modulus
kehalusan
Berat
Jenis (ssd)
Berat
volume (isi)
Penyerapan
air
Kadar air
Kadar
lumpur
|
-
38,1
-
2,601
kg/m3
1,735
kg/m3
0,46
%
4,59
%
2,90
%
|
II
-
2,910 %
2,599
kg/m3
1,455
kg/m3
0,621
%
0,460
%
4,50
%
|
-
-
-
3,15 kg/m3
1,250 kg/m3
-
-
|
51.
Sumber : Penulis 2010-02-04
52. BAB V
53. PENUTUP
54. 5.1
Kesimpulan
55.
Dari penelitian yang telah dilakukan
di laboratorium terhadap penggunaan agregat kasar yaitu batu pecah mekanis
dengan kuat tekan rencana (f’c) 35 MPa untuk campuran beton K-350 dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
56. 1)
Agregat
kasar batu pecah mekanis dapat memenuhi standar spesifikasi sebagai agregat
kasar sebagai bahan campuran beton K-350 dan dapat dilihat dari data sebagai
berikut dibawah ini :
No
|
Uraian
|
Hasil Pengujian
|
Spesifikasi
|
1
|
Berat Jenis Agregat
|
2,601 kg/m3
|
< 2,700 kg/m3
|
2
|
Keausan agregat
|
20,29 %
|
< 40 %
|
3
|
Berat Volume Agregat
|
1,735 kg/m3
|
1,2-1.75 kg/m3
|
4
|
Penyerapam Air
|
0,621 %
|
-
|
5
|
Modulus agregat kasar
|
6,527 %
|
6,0-7,1 %
|
57.
58. 2)
Beton yang
dihasilkan dari pemakaian batu pecah mekanis termasuk kategori beton mutu
Normal karena berat isi beton adalah 2,442 kg/m3
59. 3)
Kuat tekan
maksimal gabungan yang dicapai adalah 36,848 Mpa
60. a)
Tegangan
kuat tekan beton karakteristik (f’c) untuk benda uji beton kubus ukuran 15 x 15
x 15 cm ialah 33,522 MPa
61. b)
Tegangan
kuat tekan beton karakteristik (f’c) untuk benda uji beton silinder ukuran
diameter 15 cm x 30 cm adalah 33,376 MPa
62. c)
Kuat tekan
beton karakteristik (f’c) yang dihasilkan adalah 34,575 MPa yang artinya tidak
dapat memenuhi kuat tekan beton karakteristik yang diharapkan yaitu, 35 MPa
disebabkan banyak faktor yaitu keadaan kondisi lingkungan penelitian.
63. 4)
Pola retak
yang dominan terjadi pada benda uji beton adalah pola retak jenis Columnar
yaitu sekitar 72,5 % dari jumlah contoh benda uji yang diuji
64. 5)
Untuk
perencanaan campuran ini dapat dipakai untuk membuat suatu formula mix design
campuran beton K-350, tetapi untuk percobaan pengujian pembuatan benda uji
beton perlu dilakukan kembali supaya mendapatkan hasil yang optimal, namun
tidak bisa dilakukan karena mengingat keterbatasan waktu.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74. 5.2
Saran
75. 1)
Dalam
perencanaan suatu campuran beton dengan mutu tinggi perlu diperhatikan,
perencanaannya, tingkat kebersihan bahan material benar-benar diperhatikan
dengan baik, pemakaian faktor air semen yang optimal, bahan pembentuknya,
pemadatannya, dan pengaruh lingkungan. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi mutu
dari beton.
76. 2)
Percobaan
pengujian untuk pengambilan contoh benda uji beton perlu dilakukan kembali
untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal
77. 3)
Pada
pemeriksaan bahan dan pemeriksaan benda uji sebaiknya berpedoman pada
prosedur-prosedur yang ditentukan dan diperlukan ketelitian yang baik dalam
pemeriksaan bahan, perhitungan dan perencanaan akan berpengaruh pada
hasil akhir yang akan dicapai.